I.
PENDAHULUAN
Interaksionisme
simbolis: Masyarakat sebagai konversasi (kontak lisan), pusat perkembangannya
di departemen sosiologi Universitas chicago, sekitar tahun 1920-an diantara
para pemikir yang menemukan teori tersebut, adalah Robert Park dan W.I. Thomas.
Pendekatan melukiskan tentang Pragmatisme dari madhab filsafat Amerika yang
unik, mengenai penafsiran sosiologi terhadap ekologi (studi tentang organisme
dan lingkungannya) dan tentang metode-metode lapangan yang dikembangan oleh
antopologi, Demikian juga ahli interaksionis akan menemukan dan tinggal bersama
suatu kelompok sosial di negerinya sendiri. Sebagai penemu dan sekaligus
dipandang ahli utama teori ini adalah George Herbert Mead. Semua diskusi modern
tentang pendekatan ini menempatkan Mead di tempat yang sentral dan ketidak
sengajaan yang telah di tunjukkan (penulis buku) merupakan ilustrasi yang
paling baik dengan kenyataan bahwa karya pokoknya, yakni Mind, Self, dan
Society, yang dikompilasinya dari catatan-catatan kuliah mahasiswanya setelah
meninggal.
Interaksionisme simbolis yang mana hal ini melibatkan separangkat asumsi tentang aktor sosial: ia membuat pilihan-pilihan antara tujuan-tujuan itu dalam suatu situasi baik mengenai objek fisik maupun sosial untuk yang terakhir ini termasuk didalamnya norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural. Proses pelembagaan (institusionalisasi) mencakup pelaku-pelaku (aktor) yang menyesuaikan tindakan-tindakan mereka satu sama lain yang memberikan kepuasaan timbal balik dan kalau hal ini berhasil tindakan-tindakan tadi berkembang menjadi suatu pola mengenai status-status peranan- suatu struktur peran.
Interaksionisme simbolis yang mana hal ini melibatkan separangkat asumsi tentang aktor sosial: ia membuat pilihan-pilihan antara tujuan-tujuan itu dalam suatu situasi baik mengenai objek fisik maupun sosial untuk yang terakhir ini termasuk didalamnya norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural. Proses pelembagaan (institusionalisasi) mencakup pelaku-pelaku (aktor) yang menyesuaikan tindakan-tindakan mereka satu sama lain yang memberikan kepuasaan timbal balik dan kalau hal ini berhasil tindakan-tindakan tadi berkembang menjadi suatu pola mengenai status-status peranan- suatu struktur peran.
II.
PERMASALAHAN
A. Pengertian Interaksionisme Simbolik dan Akar Historis Utama
B. Ide-ide George Herbert Mead
C. Prinsip-prinsip Dasar Interaksionisme Simbolik
D. Menuju Interaksionisme Simbolik yang Makin Sintetik dan Intregatif
A. Pengertian Interaksionisme Simbolik dan Akar Historis Utama
B. Ide-ide George Herbert Mead
C. Prinsip-prinsip Dasar Interaksionisme Simbolik
D. Menuju Interaksionisme Simbolik yang Makin Sintetik dan Intregatif
III. PEMBAHASAN
A. Interaksionisme Simbolik yaitu seperti yang sudah kita
bahas di dalam
Pendahuluan
di atas, bahwasannya suatu proses pelembagaan (Institusionalisai) mencakup pelaku-pelaku
(actors) yang meneyesuaikan tindakan-tindakan mereka satu sama lain yang
memberikan kepuasan timbal-balik dan kalau hal ini berhasil tindakan-tindakan
tadi berkembang menjadi suatu pola mengenai status-status peranan-suatu
struktur peran. Interaksionisme Simbolik yaitu dimana dalam proses interaksi
sosial, manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang lain yang
terlibat.
Orang lain
menafsirkan simbol komunikasi itu dan mengorentasikan tindakan balasan mereka
berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata lain, dalam interaksi sosial para
aktor terlibat dalam proses saling memengaruhi. Akar Historis Utama:
o Pragmatisme adalah pemikiran fisafat yang meliputi
banyak hal ada bebrapa aspek pragmatisme yang memengaruhi oreantasi sosiologi
yang dikembangkan oleh Mead (charon:2000; joas, 1993).
Pertama
menurut pemikir pragmatisme, realitas sebenarnya tak berada “di luar” dunia
nyata, “realitas diciptakan secara aktif ketika kita bertindak di dalam dan
terhadap dunia nyata”.
Kedua,
manusia mengingat dan mendasarkan pengetahuan mereka mengenai dunia nyata pada
apa yang telah terbukti bagi mereka.
Ketiga, manusia mendefinisikan “objek” sosial
dan fisik yang mereka temui di dunia nyata menurut kegunaanya bagi mereka.
Keempat,
bila kita ingin memahami actor, kita harus mendasarkan pemahaman itu di atas
apa-apa yang sebenarnya mereka kerjakan dalam dunia nyata. Ada 3 hal yang
penting bagi interaksionisme simbolik :
- Memusatkan perhatian pada interaksi antara
aktor dan dunia nyata.
- Memandang baik actor maupun dunia nyata
sebagai proses dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis.
- Dan arti penting yang dihubungkan kepada
kemampuan aktor untuk menafsirkan poin terakhir adalah paling menonjol dalam
karya filosof pragmatis John Dewey.
Ada 2
pembedaan dalam argument cabang pragmatisme:
-“realisme filosofis” (dihungkan oleh Mead) dan
“pragmatisme nomalis”(dihubungkan dengan Dewey dan james).
–Menurut pandangan mereka, interaksionisme
simbolik lebih banyak di pengaruhi oleh pendekatan nomalis dan bahkan tak
konsisten dengan pemikiran filsafat realisme.
–Sebaliknya, Pemikir realisme sosial
menekankan pada masyarakat dan cara terbentuknya, dan cara masyarakat
mengontrol proses mental individual.
o Behaviorisme, Lewis dan smith menafsirkan bahwa Mead
dipengaruhi oleh behaviorisme psikologis, sebuah perspektif yang juga membawanya
ke arah realis dan empiris.
Mead
sebenarnya menyebut basis pemikirannya sebagai behaviorisme sosial untuk
membedakannya dari behaviorisme radikal dari john B. watson (salah seorang
murid Mead). Mead dan behavioris radikal juga berbeda pandangan mengenai
hubungan antara perilaku manusia dan perilaku binatang, sementara behavioris
radikal cenderung melihat tak ada perbedaan antara perilaku manusia dan
binatang, sedangkan Mead menyatakan adanya perbedaannya adalah bahwa manusia
mempunyai kapasitas mental yang memungkinkannya menggunakan bahasa antara
stimulus dan respon untuk memutuskan bagaimana cara merespon. Charles Morris
dalam pengantarnya untuk buku Mead, Mind, Self and Society menyebutkan satu
persatu tiga perbedaan mendasar antara Mead dan Watson;
Pertama, Mead menganggap pemutusan perhatian Watson terhadap perilaku terlalu disederhanakan. Karena itu ia menuduh watson merenggut perilaku keluar dari konteks sosialnya yang lebih luas. Mead ingin memperlakukan perilaku sebagai bagian kecil dari kehidupan sosial yang lebih luas. Kedua, Mead menuduh Watson tak berkeinginan memperluas behavioris ke proses mental, Watson dianggap tak memahami proses mental dan kesadaran actor. Mead membandingkan perspektifnya dengan perspektif Watson: “Perspektif saya adalah perspektif behavioristik; tetapi berbeda dengan behavioris watsonian, perspektif saya mengakui bagian yang tak dapat diamati secara external. Terakhir, karena watson menolak variabel pikiran, Mead memandangnya mempunyai citra pasif tentang actor sebagai boneka. Mead sebalikya mempunyai citra yang jauh lebih dinamis dan kreatif tentang actor dan inilah yang menyebabkannya menarik perhatian penganut interaksionis-simbolik kemudian.
B. Ide-ide George
Herbert Mead
Dalam
resensinya atas buku Mead, Mind, Self, and society faris menyatakan preferensi
Mead mungkin bukan pikiran dan kemudian baru masyarakat, tetapi masyarakatlah
yang pertama dan kemudian baru pikiran yang muncul dalam masyarakat. Menurut
mead, keseluruhan sosial mendahului pemikiran individu baik secara logika
maupun secara temporer. Individu yang berfikir dan sadar diri adalah mustakhil
secara logika menurut teori Mead tanpa didahului adanya kelompok sosial.
Kelompok sosial muncul lebih dulu dan kelompok sosial menghasilkan perkembangan
keadaan mental kesadran diri. Mead mengidentifikasikan empat basis dan tahap
tindakan yang saling berhubungan, keempat tahap itu mencerminkan satu kesatuan
organik, Mead selain tertarik pada kesamaan tindakan binatang dan manusia, juga
terutama tertarik pada perbedaan tindakan antara kedua jenis makhluk itu. Implus.
Tahap pertama adalah dorongan hati/implus (impulse) yang meliputi rangsangan
spontan yang berhubungan dengan alat indera, dan reaksi aktor terhadap
rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap rabgsangan itu, rasa
lapar adalah contoh yang tepat dari implus. Persepsi. Aktor menyelidiki
bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan implus, dalam hal ini rasa
lapar dan juga berbagai alat yang tersedia untuk memuaskannya. Manusia
mempunyai kapasitas untuk merasakan dan memahami stimuli melalui pendengaran,
senyuman, rasa, dan sebagainya.
Manipulasi. Tahap ketiga adalah manipulasi. Segera setelah implus menyatakan dirinya sendiri dan objek telah dipahami, langkah selanjutnya adalah manipulasi objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek itu. Disamping keuntungan mental, manusia mempunyai keuntungan lain ketimbang binatang. Konsumasi. Yakni tahap keempat tindakan, pelaksanaan/konsumasi atau mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya. Baik manusia maupun binatang mungkin memakan cendawan, tetapi manusia lebih kecil kemungkinan memakan cendawan beracun karena kemampuannya untuk memanipulasi cendawan dan memikirkan mengenai implikasi dari memakanya.
Manipulasi. Tahap ketiga adalah manipulasi. Segera setelah implus menyatakan dirinya sendiri dan objek telah dipahami, langkah selanjutnya adalah manipulasi objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek itu. Disamping keuntungan mental, manusia mempunyai keuntungan lain ketimbang binatang. Konsumasi. Yakni tahap keempat tindakan, pelaksanaan/konsumasi atau mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya. Baik manusia maupun binatang mungkin memakan cendawan, tetapi manusia lebih kecil kemungkinan memakan cendawan beracun karena kemampuannya untuk memanipulasi cendawan dan memikirkan mengenai implikasi dari memakanya.
o Sikap-isyarat (Gestur)
Gestur adalah
gerakan organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang
menimbulkan tanggapan (secara sosial) yang tepat dari organisme kedua. Berikut
ini adalah contoh terkenal Mead tentang perkelahian aning dilihat dari
perspektif isyarat:
“Tindakan masing-masing anjing menjadi rangsangan untuk anjing lain dalam memberikan tanggapannya, fakta juga menunukkan bahwa anjing yang siap menyerang anjing lain akan menjadi rangsangan bagi anjing lain itu untuk mengubah posisi atau sikapnya. Begitu perubahan sikap ini terjadi dipihak anjing kedua, maka anjing pertama pun mengubah sikapnya”. Mead menanamkan apa yang terjadi dalam situasi ini sebuah “percakapan isyarat”. Gerak isyarat anjing pertama secara otomatis mendapatkan gerak isyarat dari anjing kedua, tak ada proses berfikir yang terjadi di kedua belah pihak anjing itu. Manusiapun kadang-kadang terlibat dalam percakapan isyarat tanpa pikir seperti itu. Contohnya dalam pertimbangan tinju dan anggar dimana banyak tindakan dan reaksi yang terjadi dimana seorang petarung “secara naluriah” menyesuaikan diri terhadap tindakan petarung kedua. Tindakan tanpa disadari seperti itu disebut Mead sebagai isyarat “nonsignifikan” apa yang membedakan manusia dari binatang adalah kemampuannya untuk menggunakan gerak isyarat yang signifikan atau memerlukan pemikiran di kedua belah pihak aktor sebelum beraksi.
Isyarat suara sangat penting perannya dalam pengembangan isyarat yang signifikan. Namun, tak semua isyarat suara adalah signifikan, kekhususan manusia dibidang isyarat (bahasa) ini pada hakikatnya yang bertanggung jawab atas asal mula pertumbuhan masyarakat dan pengetahuan manusia sekarang dengan seluruh kontrol terhadap alam dan lingkungan dimungkinkan berkat ilmu pengetahuan.
“Tindakan masing-masing anjing menjadi rangsangan untuk anjing lain dalam memberikan tanggapannya, fakta juga menunukkan bahwa anjing yang siap menyerang anjing lain akan menjadi rangsangan bagi anjing lain itu untuk mengubah posisi atau sikapnya. Begitu perubahan sikap ini terjadi dipihak anjing kedua, maka anjing pertama pun mengubah sikapnya”. Mead menanamkan apa yang terjadi dalam situasi ini sebuah “percakapan isyarat”. Gerak isyarat anjing pertama secara otomatis mendapatkan gerak isyarat dari anjing kedua, tak ada proses berfikir yang terjadi di kedua belah pihak anjing itu. Manusiapun kadang-kadang terlibat dalam percakapan isyarat tanpa pikir seperti itu. Contohnya dalam pertimbangan tinju dan anggar dimana banyak tindakan dan reaksi yang terjadi dimana seorang petarung “secara naluriah” menyesuaikan diri terhadap tindakan petarung kedua. Tindakan tanpa disadari seperti itu disebut Mead sebagai isyarat “nonsignifikan” apa yang membedakan manusia dari binatang adalah kemampuannya untuk menggunakan gerak isyarat yang signifikan atau memerlukan pemikiran di kedua belah pihak aktor sebelum beraksi.
Isyarat suara sangat penting perannya dalam pengembangan isyarat yang signifikan. Namun, tak semua isyarat suara adalah signifikan, kekhususan manusia dibidang isyarat (bahasa) ini pada hakikatnya yang bertanggung jawab atas asal mula pertumbuhan masyarakat dan pengetahuan manusia sekarang dengan seluruh kontrol terhadap alam dan lingkungan dimungkinkan berkat ilmu pengetahuan.
o Simbol-simbol Signifikan
Simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang
hanya dapat diciptakan manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul
dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan sejenis tanggapan
(tetapi tak selalu sama) yang diperoleh dari orang menjadi sasaran isyarat.
Jadi disini dapat disimpilkan simbol-simbol signifikan itu ada 2, yaitu: Simbol
Bahasa dan Simbol Isyarat Fisik: -fungsi bahasa atau simbol yang signifikan
pada umumnya adalah menggerakkan tanggapan yang sama dipihak individu yang
berbicara dan juga dipihak lainya. Pengaruh lain dari bahasa merangsang orang
yang berbicara dan orang yang mendengarnya. –Simbol isyarat fisik, menciptakan
peluang diantara individu yang terlibat dalam tindakan sosial tertentu dengan
mengacu pada objek atau objek-objek yang menjadi sasaran tindaka itu, dengan
demikian muka yang cemberut yang tak disengaja mungkin dibuat untuk mencegah
seorang anak kecil teralu dekat ditepi jurang dan dengan cara demikian
mencegahnya berada dalam situasi yang secara potensial berbahaya.
o Pikiran (Mind)
Didefinisikan
Mead sebagai proses percakapan seorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan
didalam diri individu; pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan
berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian intregal dari proses sosial.
Dan karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk
“memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja, tetapi juga
respon komunitas secara keseluruhan, itulah yang kita namakan pikiran”.
o Diri (Self)
Pada dasarnya diri
adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah
kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek, untuk mempunyai diri,
individu harus mampu mencapai keadaan “diluar dirinya sendiri” sehingga mampu
mengevaluasi diri sendiri, mampu menjadi objek bagi dirinya sendiri. Dalam
bertindak rasional ini mereka mencoba memeriksa diri sendiri secara impersonal,
objektif, dan tanpa emosi. Mead mengidentifikasi dua aspek atau fase diri, yang
ia namakan “I” dan “Me”. Mead menyatakan, diri pada dasarnya diri adalah proses
sosial yang berlangsung dalam dua fase yang dapat dibedakan, perlu diingat
bahwa “I” dan “M” adalah proses yang terjadi di dalam proses diri yang lebih
luas, keduanya bukanlah sesuatu (things).
o Masyarakat
Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah
masyarakat (society) yang berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului
pikiran dan diri. Masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan
diri.di tinggat lain, menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan
tanggapan terorganisir yang diambil alih olehindividu dalam bentuk “aku”(me).
C. Prinsip-Prinsip Interaksionisme Simbolik
Ada beberapa perbedaan signifikan
dalam interaksionisme simbolik, sebagai berikut, beberapa tokoh interaksionisme
simbolik (Blumer, 1969a, Manis dan Meltzer, 1978;Rose, 1962;Snow,2001) telah
mencoba menghitung jumlah prinsip dasar teori ini, yang meliputi:
a) Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk
berfikir.
b) Kemampuan berfikir dibentuk oleh interaksi sosial
c) Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan
simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berfikir mereka yang
khusus itu.
d) Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan
tindakan khusus dan berinteraksi
e) Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka
gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka tahap
situasi
f) Manusia mampu membuat kebijakan modifikan dan
perubahan, sebagaian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka
sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relatif mereka, dan kemudian memilih satu diantara
serangkaian peluang tindakan itu.
g) Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan
membentuk kelompok dan masyarat.
Kapasitas
berfikir. Pikiran menurut intersionisme simbolik, sebenarnya berhubungan dengan
setiap aspek lain termasuk sosialisasi, arti, simbol, diri, interaksi dan juga
masyarakat.
Berfikir dan berinteraksi. Manusia yang hanya memiliki kapasitas umum untuk berfikir, kapasitas ini harus dibentuk dan diperluas dalam proses interaksi sosial. Pandangan ini menyebabkan teoritisi interaksionisme simboloik memusatkan perhatian pada bentuk khusus interaksi sosial yakni, sosialisasi dan bagi teoritisi simbolik adalah proses yang lebih dinamis yang memungkinkan manusia mengembangkan kemampuan untuk berfikir, untuk mengembangkan cara hidup manusia tersendiri. Sedangkan interaksi adalah proses dimana kemampuan berfikir dikembangkan dan diperlihatkan. Blummer (mengikuti Mead) membedakan dua bentuk interaksi yang relevan dikemukakan disini, pertama: interaksi nonsimbolik, percakapan atau gerak isyarat menurut Mead tidak melibatkan pemikiran. Kedua: interaksi simbolik memerlukan proses mental. Karya Erving Goffman, karya terpenting tentag diri dalam interaksionisme simbolik adalah Presentation of self in everyday life oleh Evring Goffman, konsep Goffman sangat dipengaruhi oleh pemikiran Mead, khususnya dalam diskusinya mengenai ketegangan antara diri spontan, “I” dan “me”diri yang di atasi oleh kehidupan sosial. Ketegangan ini tercermin dalam pemikiran Goffman tentang apa yang disebutnya” ketaksesuaian antara diri manusiawi kita dan diri kita sebagai hasil proses sosialisasi. Goffmen memusatkan perhatian pada pelaksanaan audiensi sosial dengan diri sendiri ini. Dalam hal ini Goffman membangun konsep Dramartugi atau pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama, seperti yang ditampilkan di atas pentas.
Berfikir dan berinteraksi. Manusia yang hanya memiliki kapasitas umum untuk berfikir, kapasitas ini harus dibentuk dan diperluas dalam proses interaksi sosial. Pandangan ini menyebabkan teoritisi interaksionisme simboloik memusatkan perhatian pada bentuk khusus interaksi sosial yakni, sosialisasi dan bagi teoritisi simbolik adalah proses yang lebih dinamis yang memungkinkan manusia mengembangkan kemampuan untuk berfikir, untuk mengembangkan cara hidup manusia tersendiri. Sedangkan interaksi adalah proses dimana kemampuan berfikir dikembangkan dan diperlihatkan. Blummer (mengikuti Mead) membedakan dua bentuk interaksi yang relevan dikemukakan disini, pertama: interaksi nonsimbolik, percakapan atau gerak isyarat menurut Mead tidak melibatkan pemikiran. Kedua: interaksi simbolik memerlukan proses mental. Karya Erving Goffman, karya terpenting tentag diri dalam interaksionisme simbolik adalah Presentation of self in everyday life oleh Evring Goffman, konsep Goffman sangat dipengaruhi oleh pemikiran Mead, khususnya dalam diskusinya mengenai ketegangan antara diri spontan, “I” dan “me”diri yang di atasi oleh kehidupan sosial. Ketegangan ini tercermin dalam pemikiran Goffman tentang apa yang disebutnya” ketaksesuaian antara diri manusiawi kita dan diri kita sebagai hasil proses sosialisasi. Goffmen memusatkan perhatian pada pelaksanaan audiensi sosial dengan diri sendiri ini. Dalam hal ini Goffman membangun konsep Dramartugi atau pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama, seperti yang ditampilkan di atas pentas.
D. Menuju Interaksionisme Simbolik yang Makin
Sintetik dan Intregatif ketika
berkembang berdasarkan arahan blumer, interaksionisme simbolik jelas bergeser
ke arah analisis mikro. Penekanan pada analisis Mikro sebenarnya bertolak
belakang dengan maksut dengan judul buku Herbert Mead , selain upaya terus
menerus menyintensiskan karya dalam interaksionisme simbolik dan pula upaya
mendefinisikan kembali pemikiran utama Mead karena mempunyai oreantasi yang
lebih intregatif ketimbang yang dibayangkan orang. Seperti terlihat sebelumnya,
meski Mead kurang memperhatikan fenomena tingkat makro, namun dalam
pemikirannya mengenai pikiran, diri, dan masyrakat, banyak hal yang menunjukkan
adanya intregasi teori sosiologi.
IV. KESIMPULAN
IV. KESIMPULAN
Interaksionisme Simbolik yaitu dimana dalam proses
interaksi sosial, manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang
lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan simbol komunikasi itu dan
mengorentasikan tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran mereka. Dengan
kata lain, dalam interaksi sosial para aktor terlibat dalam proses saling
memengaruhi.
. Prinsip-Prinsip Interaksionisme Simbolik
a) Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk
berfikir.
b) Kemampuan berfikir dibentuk oleh interaksi sosial.
c) Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan
simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berfikir mereka yang
khusus itu.
d) Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan
tindakan khusus dan berinteraksi.
e) Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka
gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka tahap situasi.
f) Manusia mampu membuat kebijakan modifikan dan
perubahan, sebagaian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka
sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relatif mereka, dan kemudian memilih satu diantara
serangkaian peluang tindakan itu.
g) Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan
membentuk kelompok dan masyarat.
V. PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat saya susun. Saya sadar makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu saran yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan makalah
yang selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin...
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer,
George, Teori Sosiologi Modern,
Kencana, 2007
Baut,
S. Paul, Effendi, T, Teori- Teori
Sosiologi Modern, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta 14240
No comments:
Post a Comment